Friday, March 6, 2015

Angklung

Angklung adalah salah satu alat musik Indonesia yang sangat mendunia. Alat musik ini sudah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Angklung dimainkan dengan cara digoyang sehingga pipa-pipa bambu saling berbenturan dan menghasilkan bunyi yang indah. Angklung berasal dari Jawa Barat, khususnya masyarakat Sunda yang menggunakan alat musik ini sebagai pengiring dalam setiap ritual kebudayaan. Tak hanya dimainkan di Indonesia, angklung juga menjadi alat musik favorit di negara-negara lain seperti Australia dan Inggris.

Sejarah Angklung

Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern. Catatan mengenai angklung baru muncul pada masa Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.  Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. 

Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar. Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan sehingga pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung.

Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana. Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.


No comments:

Post a Comment