Sunday, February 7, 2016

Saatnya Macan Bangun di MEA

            MEA alias Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah isu penting yang terus dibicarakan. Berbagai kalangan terus membahas hal itu, mulai pedagang, nelayan, dosen, politisi, menterti, hingga pemimpin negeri ini. Kalangan akademisi dan peneliti pun tak mau kalah dengan orang-orang di atas. Sejumlah penelitian ilmiah hingga pengumpulan data statistik terus dipublikasikan dan dibukukan. Namun itu semua tak akan berarti jika tak segera diambil langkah pasti untuk negeri ini. Apa sebenarnya MEA ? Dan apa dampaknya bagi Indonesia ?

Tahun baru telah lewat dan tentu ada tantangan baru bagi negeri ini. Akhir tahun 2015 menjadi penanda dibukanya MEA alias Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal ini jelas membawa dampak yang cukup banyak. Dampak terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Memang tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk meningkatkan stabilitas  perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN dan harapan terbesar adalah kawasan Asia Tenggara menjadi pusat perekonomian dunia. 

ASEAN merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN. Pada KTT selanjutnya yang berlangsung di Bali Oktober 2003, petinggi ASEAN mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015.

Ada beberapa dampak dari konsekuensi MEA, yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. Tidak hanya dampak, ada beberapa hambatan Indonesia untuk menghadapi MEA.

Pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga memengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Ketiga, sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi. Keempat, keterbatasan pasokan energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia. Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor industri.

Kecepatan dalam penganganan semua hambatan dalam menghadapai MEA harus segera dilakukan, dan hal mendasar untuk meningkatkan daya saing Indonesia tentu pemberdayaan sumber daya manusia agar lebih berkualitas dan berintegritas. Setelah SDM berkualitas mampu dihasilkan, pembangunan infrastuktur harus segera dipercepat agar biaya logistik pengiriman suatu barang tidak terlalu mahal. Selanjutnya, pembaruan kebijakan juga menjadi faktor penting dalam menyongsong MEA, terutama dalam hal kemudahan berbisnis. Jika usaha-usaha di atas dan usaha lainnya telah dilakukan, maka Indonesia akan mampu bersaing atau bahkan mengungguli negara-negara lain di ASEAN.


Di sisi lain, MEA adalah momentum yang pas bagi Indonesia untuk membuktikan kekuatan ekonominya. Sudah sekian lama bangsa ini terkapar dan hanya menjadi penonton dalam perputaran ekonomi dunia. Semua hambatan yang ada tidak boleh menyurutkan semangat negeri ini. Peluang besar ada di depan mata, peluang untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sebentar lagi bangsa ini akan benar-benar menjadi pengendali perekonomian dunia. Tujuh puluh tahun adalah waktu yang sangat lama untuk menunggu kebangkitan bangsa ini, oleh karena itu tidak berlebihan jika MEA bisa menjadi salah satu titik balik kebangkitan bangsa Indonesia. Saatnya bangsa yang sering disebut macan tertidur ini bangun dan melangkahkan kakinya dengan dengan badan yang tegap menuju 100 tahun negeri ini. Bangkitlah MACAN dan segeralah buktikan bahwa kita adalah MACAN DUNIA.                                                                                                                                                                         


Source : nationalgeographic.co.id
  


      





No comments:

Post a Comment